SEJARAH LOGO NDAS MANGAP BONEKMANIA
Mister Muchtar, sosok yang kami temui,
beliau merupakan pembuat pertama grafis dari logo Ndas Mangap yang
sampai saat ini masih dipakai sebagai identitas suporter Persebaya yang dikenal
dengan sebutan Bonek. Memang,grafis saat pertama muncul dengan grafis yang
sekarang kita jumpai sudah mengalami banyak proses perbaikan.Tetapi
tanpa sebuah awalan, tidakmungkin terjadi sebuah proses yang berkelanjutan.“Di
mulai saat divisi utama perserikatan 1987, dimana di final Persebaya menyerah
kalah (1-0) dari PSIS Semarang . Kelompok supporter sudah banyak yang berangkat
tandang mendukung Persebaya.” “Tahun 1988 Persebaya masuk
semifinal perserikatan bersama PSMS, Persija dan Persib. Begitu masuk semifinal
banyak supporter yang ke Kembang Jepun (Kantor Jawa Pos), saat itu media dan
suporter begitu dekat.” “Oleh karena itu, Jawa Pos merasa memperhatikan
semangat suporter sehingga Jawa Pos memberangkatkan suporter.”
“Jawa Pos memberangkatkan 100 bus dengan biaya murah.
Kesempatan PP dengan bis AC plus makan.
Biaya murah tersebut dikarenakan adanya subsidi 60% dari Jawa Pos sisanya 40%
suporter sendiri.” “1 Bus berisi 56 Orang, mendapatkan kaos gratis. Kaos ini
dibuat untuk memudahkan panitia dalam memantau peserta dan dijadikan identitas
diri dengan warna kebesaran hijau.” “Istilah Tret..tet..tet yang digunakan juga
dibuat oleh pak Dahlan (Iskan), diambil dari semacam bunyi terompet.” “Saat di
buka pendaftaran, seluruh karyawan Jawa Pos dikerahkan karena peminat
membludak.” “Di semifinal melawan medan (PSMS), Persebaya menang.
Perjalanan pulang pergi dari Jakarta ke
Surabaya senang.” “Begitu Persebaya masuk final, jumlah supporter semakin
meningkat menjadi 300 bus. Bahkan beberapa kelompok suporter ada yang berangkat
naik kereta, mereka sudah minta ijin Jawa Pos. Kami sebut mereka kelompok
kereta api, karena semua rombongan Jawa Pos menggunakan bus.” “Yang ikut rombongan
Jawa Pos di Jakarta sangat tertib. Main (Final) pukul 18.30 WIB, pukul 13.00
WIB siang rombongan sudah masuk Jakarta dikawal patwal. Petugas Jawa Pos
di Jakarta menyambut rombongan. Suporter ini benar-benar nurut dengan Jawa Pos.
ini yang membuat artis-artis respek dengan para suporter, sampai-sampai mereka
foto bareng.”
Partai final yang dimenangkan Persebaya
dengan skor 3-2 itu, dinodai dengan insiden kecil saat perjalanan pulang
kembali ke Surabaya. Beberapa supporter yang tidak terkoordinasi dengan baik
membuat ulah,di Stasiun Jogja mereka melakukannya. “Saat pulang kelompok kereta
api turun di Jogja, makan minum tidak bayar. Inilah masa kelam itu
dimulai.” Jika kembali kepada peristiwa seperti SUSEMPER atau peristiwa
sejenisnya yang cenderung anarkis, melihat terhadap kondisi suporter ini,
beliau balas bertanya “Yang menjadi pertanyaan besar adalah kenapa dengan
kondisi terbatas, kami dulu lebih koordinasi dan tertib?.” beliau membuat
sketsa NDAS MANGAP HAUS GOL Logo ndas mangap dan tulisan Kami Haus
Gol Kamu yang dibuat tidak dapat dipisahkan dari nuansa tret..tet..tet saat itu.
Layouter lulusan ASRI Jogjakarta ini kembali menjelaskan dengan gamblang dan
detail mengenai logo yang revolusioner ini, “Idenya adalah suporter diberi
identitas, kaos diberi gratis.” “Ada tulisan KAMI HAUS GOL
KAMU, itu adalah ide pak Dahlan (Iskan). Typografinya (tulisan tangan) saya.”
“Mungkin diambil dari istilah luar negeri, We Hungry Your Goal.” “Tulisan KAMI
HARUS GOL KAMU menggunakan font lama Fitra Board dan Baskerville.
Bahasa puitik saya giring ke font- font artistik, jadi bukan font yang
kaku.” “Saya diberi tugas membuat maskot yang mencirikan semangat Arek
Suroboyo.
Mempresentasikan Arek Suroboyo saat 10
November 1945.” “Malam itu juga dibuatnya. Di ruangan ada saya, tukang sablon
dan bos (Dahlan Iskan). Karena besok sudah berangkat, saya gambar cepat-cepat
diatas film. Mendesain diatas film sangat licin, dibuat disana supaya langsung
di sablon.” “Bos memperagakan ekspresi seperti berteriak, jadi logo itu adalah gambaran
ekspresi pak Dahlan (Iskan) berteriak.” “Saya orang lama. Masih
ada imbol-simbol lama, terpengaruh gerakan-gerakan Bung Tomo.”
sketsa dadakan Ketika sketsa yang kami minta telah hampir selesai, “Ya,
kira-kira beginilah dulu saya buat maskot ini.” “Dalam seni namanya inspirasi
adalah pengalaman kehidupan yang terserap dari apa yang dilihat.
Dari pengalaman, kejadian-kejadian.” “Saya membuat tidak lebih dari 10 menit,
karena diluar supporter sudah menunggu. Begitu selesai jadi
desain, langsung dibawa oleh tukang sablon dan kemudian dicetak.”
“Tempat sablonnya di Jalan Pesapen, nama pemiliknya Pak Halim. Beliau adalah
pengusaha percetakan kaos sablon.” “Beliau dipercaya Jawa Pos karena mampu
membuat ribuan kaos dalam waktu cepat, soal mutu nanti dulu. Saya ikut ke
Pabrik untuk urun rembug soal bahan.” HAK PATEN, LILLAHI TA’ALA.
Kembali ke cerita Alberto Korda sebagai
orang pertama yang mengambil foto Heroic Guerilla (baca: Karena
Logo Adalah Kebanggaan), yang mana sampai kematiannya tidak mendapatkan satupun
royalti atas hak paten terhadap foto tersebut. Dan jika nasib logo ndas mangap
ini bisa dihubungkan dengan hal tersebut, maka Mister hanya menjawab, “Motivasi
tidak sejauh itu, alau menyangka perkembangan seperti ini. Saya
hanya bersyukur dan senang, supporter jadi sangat terpengaruh. Syukur-syukur
pengaruh itu sampai ke anak-anak.” “Soal hak paten atau royalty terhadap hasil
karya. Saya Lillahi Ta’ala.” “Apa yang diproduce adalah hak perusahaan, saya
tidak bisa mengatakan itu adalah saya sendiri.” “Pak Dahlan memberi tugas
sesuai job deskripsi, beliau tahu bidang saya.
Semua itu karena
profesionalisme saja.” “Pernah saya dengar ada anak Petemon yang mengaku
membuat. Saya tertawa.” “Setelah saya ada pak Boediono,logo yang
tadinya model sketsa diperhalus dengan teknologi grafis sehingga menjadi apa
yang sekarang ini ada.” “Sebagai penonton saya tertawa lihat logo menjadi
tengkorak.Beragam ekspresi dari kampung-kampung, bisa dilihat dari eksplorasi
logo tersebut.” “Jadi, seharusnya Beliaulah (Dahlan Iskan) yang pertama membuat
logo itu.”